Jumat, 07 September 2012

Sistem manajemen konstruksi

SISTEM MANAJEMEN KONSTRUKSI

    Sebagai system rekaya, apab ila semua sumber daya beupa waktu, dana, peralatan teknologi, manusia, material, didalam proseskonstruksi disusun dan diorganisasikan membentuk urutan kegiatan – kegiatan dalam usaha kerangkalogis menyeluruh akan membentuk system manajemen konstruksi. Sesuai dengan sifaat- sifat tekniknya, kegiatan – kegiatan didlam proses konstruksi pada dasarnya cenderung bersifat sangat terurai. Kegiatan – kegiatan baik yang berupa sub-sistem atupun bagian –bagian pekerjaan membentuk struktur mekanisme berlapis-lapis dan saling ketergantungan tinggi, Sebgian besar drinya merupakan ekerjaan bersifat khusus yang keahlisn spesialisasi. Apalagi jika dikaitkan pula dengan tujuan dan kepentingan individual masing-masing pengelola yang melekat dalam industri ini. Sehinggga masalah pokok yang dihadapi dalam proyek lonstruksi pada umumnya lbih mencakup kebutuhan untuk menyesusaikan organisasi dan sistem manajen yang harus ditereapkan. Hubungan antar unsur pengeloala yang berpijak pda kepentingan bisnis dengan sifat- sifat kegiatnnya yang terpecah belah serta terpisah merupakan beda yang mencolaok apabila dibandingkan dengan proses produksi pada industri lainnya.
    Karenasifat kebutuhan dan kondisi yang sepertinya selalu berubah-ubah tersebut, upaya – upaya pengembangan sistem manajemen yang bersifat terprogram, standar, atau baku, yang diharapkan dapat membantu memperbaiki prospek industri ini dalam jangka panjang selalu saja mengalami hambatan. Seperti halnya kputusan Dirjen Cipta Karya Departemen PU mengensi Pedoman Operasional Penyelenggearaan Pembangunan Gedung Negara misalnya. Apalagi bila penerapan praktek konstruksi masih juga didasri dengan pemahaman dan semangat terkotak-kotak, terpisah- pisah, maka sistem manajemen konstruksi tidak akan pernahbisa terwujud dengan baik. Pendekatan sistem manajeman konstruksi sebagai suatu alternatif bukanlah samasekali hal baru yang dikenal. Bahkan berdasarkan keadaan alamiahnya disadari atau tidak, pendekatan tersebut dimasa silam telah terbuktibermanfaat dalam menyelesaiakm permasalahan praktek konsruksi pada banyak proyek tertentu berkaitan dengan masalah disintregasicorganisi.  Sebagai sifat konsep dasarnya, pendekatan sistem tidaklah memperlakukan unsur-unsur pengelolanya berfungsi secara terkotak-kotak atau terpisah-pisah. Akan tetapi sesaui dengan sifat kegiatan yang diperlukan dalam sistem rekayasa konstruksi hendaknya lebih mewujudkan keterpaduan  seluruh organisasi yang terlibat. Seluruh kegiatannya disusun jedalam satu kesatuan koordinasi pada pengendalian dengan tujuan bersama yakni memberikan pelayanan terbaik bagi pemberi tugas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar